Menyingkap tabir manusia melalui Corona

Teori mengenai kepribadian individu sudah banyak diteliti oleh pakar Psikologi. Salah satunya adalah penemu teori NEO-PI yaitu Costa dan McCrae. Mereka menyebutkan bahwa kepribadian manusia dapat dikategorikan menjadi 5, yaitu neuroticism (neurotisme), extraversion (ekstraversi), openness to experience (keterbukaan terhadap hal-hal baru), agreeableness (mudah bersepakat), dan conscientiousness (kehati-hatian).

Selain itu juga ada teori mengenai altruism dalam ranah psikologi sosial, salah satunya oleh Dovidio dan Piliavin.

Menyingkap tabir sifat manusia seperti ini bukanlah perkara mudah. Para peneliti mengadakan eksperimen, seperti halnya Zimbardo ketika meneliti mengenai bagaimana berbahayanya suatu power apabila diberikan pada manusia yang kurang bertanggungjawab.

Atau ketika diadakan eksperimen oleh Milgram mengenai kepatuhan, yaitu orang cenderung taat pada orang lain apabila mereka mempunyai otoritas tertentu.

Semua penelitian ini membutuhkan usaha keras para peneliti agar menghasilkan suatu teori yang mumpuni dan dapat dipertanggungjawabkan di masyarakat.

Namun demikian, apabila kita melihat kondisi di sekitar kita sejak dunia terjangkiti Corona di awal tahun ini, maka kita pun dapat menjadi seorang peneliti, hanya dengan mengobservasi lingkungan sekitar kita.

Kita melihat bagaimana sebagian besar para dokter dan tenaga medis yang mempunyai jiwa altruis sehingga tidak mengindahkan besarnya bahaya yang akan mereka alami, bahkan taruhannya nyawa. Sudah cukup banyak dokter dan tenaga medis yang akhirnya meninggal karena menolong penderita corona. Mereka ini dapat dikatakan berjiwa altruis, sehingga dengan kesadaran penuh dan sukarela menolong orang lain tanpa memperhatikan keselamatannya sendiri.

Di sisi lain, kita juga dapat melihat adanya sifat orang yang kurang memikirkan orang lain. Mereka bepergian kemana-mana, tidak menjaga jarak yang dianjurkan pemerintah. Meraka sepertinya kurang mempunyai empati atau kepekaan mengenai perasaan orang lain, mereka sulit membayangkan, bagaimana apabila mereka terkena penyakit karena Corona dan kemudian berkumpul dengan orang lain, terutama keluarga mereka sendiri.

Ada juga orang yang dengan tanpa perasaan bersalah menyebarkan ‘hoax’, karena menganggap apa yang mereka sebarkan tidak berbahaya. Walau pada kenyataannya berita bohong ini justru menyebabkan teror ketakutan dan kecurigaan yang tidak pada tempatnya. Wabah corona dianggap sebagai lelucon dan bisa ditertawakan bersama.

Ditengah kondisi mara bahaya seperti ini, sudah seharusnya kita mengingatkan orang-orang terdekat kita untuk waspada dengan sifat kita masing-masing. Apakah kita adalah orang yang berjiwa petualang, sehingga selalu mencari tantangan (openness to experience)? Atau kita mempunyai jiwa prososial yang tinggi, yang mengarah ke alturis, sehingga ingin menolong orang lain tanpa pamrih?

Kita dapat mengkaji sendiri sifat kita, salah satunya dengan cara membuat bagan Johari window. Johari Window adalah teori yang dibuat oleh Joseph Luft dan Harrington Ingham, yang menyebutkan bahwa ada empat kuadran yaitu open, blind, hidden, unknown.

Hal ini dapat kita lakukan dengan cara:

#Selalu berusaha berpikir positif dan menularkannya pada orang lain. Kita dapat menegur secara halus orang yang menyepelekan kondisi wabah ini, dengan mengatakan bahwa wabah corona bukanlah sebuah lelucon, ini kondisi nyata dan sudah banyak korban berjatuhan

#Meningkatkan perilaku prososial kita, misalnya apabila kita bukan dokter atau tenaga medis yang bisa menolong langsung pasien, maka kita dapat memberikan donasi atau sumbangan yang diperlukan

#Memberikan contoh pada orang terdekat kita, dengan cara melakukan hidup sehat. Misalnya dengan selalu mencuci tangan setiap habis dari luar, berolahraga dalam rumah, melakukan kegiatan yang bermanfaat, menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai

#Menjaga semangat bekerja dari rumah, bahwa kita sedang bekerja di rumah, sehingga tetap perlu ada penjadwalan kerja dan penyelesaian pekerjaan sesuai tengat waktunya

#Menikmati menjalin percakapan atau bersosialisasi melalui media sosial, walau kita sebagai mahluk sosial yang katanya harus bertemu secara langsung. Namun dengan adanya wabah corona ini membuat kita harus beradaptasi dengan semua hal, tidak terkecuali dengan cara kita berkomunikasi

#tetap berdoa dan berkeyakinan bahwa wabah corona ini pasti akan berakhir, sehingga kita harus tetap menjaga jiwa dan badan kita agar selalu sehat dan kuat.

Tentang rianasahrani

I'm a psychology lecturer, focus on wisdom, self-reflection, live experiences, positive psychology.
Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar