Intuisi: Amankah?

Malcolm Gladwell adalah penulis buku populer yang berjudul ‘Blink’. Ia menggambarkan bahwa kita bisa saja melakukan keputusan dalam waktu hanya 2 detik, yang disebutnya sebagai ‘snap judgment’.

Tentunya kalau kita mengacu pada teori Psikologi, keputusan yang dibuat dalam waktu sesaat itu lebih disebut sebagai perilaku yang impulsif. Misalnya kita melihat baju bagus di toko, kemudian sangat ingin memilikinya dan kemudian membelinya, maka itu dikatakan sebagai keputusan sesaat atau impulsif.

Para sales akan memanfaatkan teori ini, mengenai snap judgment, terutama ketika ada calon klien yang melihat-lihat barang dagangannya. Mereka akan ‘mengejar’ kita dalam hitungan detik, karena mereka mengetahui bahwa apabila waktu lewat dari hitungan detik, maka calon klien akan pergi dan tidak jadi membeli barang dagangannya. Maka tidak heran, apabila kita ke toko dan hanya akan melihat-lihat saja, eh … begitu sales datang dan berbicara dengan kita, akhirnya kita jadi membeli, walau pada dasarnya kita tidak membutuhkannya.

Namun tidak semua snap judgment itu buruk, apalagi kalau apa yang akan kita putuskan itu memang berada dalam ranah keahlian kita. Misalnya, kita ahli dalam wawancara karyawan, sudah berpuluh-puluh tahun kita dibidang ini. Maka begitu ada calon karyawan masuk, kita hanya perlu waktu beberapa detik saja untuk memutuskan apakah ia calon yang tepat atau tidak. Menurut saya ini ada kaitannya dengan ‘intuisi’, yaitu kemampuan untuk mengartikan suatu hal tanpa kita sadari secara langsung. 

Menurut saya intuisi itu tidak dapat datang begitu saja. Apabila kita bukan dibidang tersebut, maka akan sulit bagi kita mendapatkan intuisi yang benar. Misalnya, saya mempunyai keahlian di bidang Psikologi, maka akan sulit bagi saya mempunyai intuisi dalam bidang bisnis. Jadi intuisi baru akan berfungsi dengan baik dan optimal dalam bidang yang kita geluti bertahun-tahun lamanya, sehingga dapat berubah menjadi ‘skill’.

Para pencari bakat, contohnya dalam bidang musik atau seni, pasti mempunyai intuisi mana calon artis yang bakal sukses dan mana yang tidak. Mereka sudah mengobservasi hal ini mungkin dengan ratusan calon artis dulunya, sehingga hanya perlu ‘blink’ (berkedip) dan jadilah snap judgment yang tepat, akurat. Pertanyaannya sekarang, apakah memilih pacar perlu dengan snap judgment? Haha …

Tentang rianasahrani

I'm a psychology lecturer, focus on wisdom, self-reflection, live experiences, positive psychology.
Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar